Tanda koma
Tanda koma ialah tanda baca yang bermaksud tempat berhenti sebentar ketika membaca sesuatu senarai agar dapat mengenalpasti perkataan, frasa atau klausa dengan tersendiri.[1] Koma bentuknya seperti ini: ,.
Tanda ini muncul hasil pengembangan suatu tanda memiring bernama virgula suspensiva ( / ), yang digunakan dari abad-abad ke-13 ke 17 untuk menyatakan perjedaan dalam pembacaan sesebuah teks. Tanda koma moden yang dikenali kini mula dipelopori Aldus Manutius, seorang penerbit yang turut mengembangkan cetakan berkulit kertas (paperback).[2][3]
Tataguna sebagai tanda baca
[sunting | sunting sumber]Bahasa Malaysia
[sunting | sunting sumber]Bahasa Indonesia
[sunting | sunting sumber]Menurut Pedoman EYD [4], koma dipakai:
- Di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Contoh:
- Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
- Untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Contoh:
- Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
- Untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Contoh:
- Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
- Di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Contoh:
- ... Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
- Untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, dan kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. Contoh:
- O, begitu?
- Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Contoh:
- Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
- Di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Contoh:
- Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
- Untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Contoh:
- Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
- Di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Contoh:
- W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
- Di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Contoh:
- B. Ratulangi, S.E.
- Untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Contoh:
- Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
- Di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca. Contoh:
- Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Koma tidak dipakai:
- Untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya (terkait aturan nombor 3 di atas). Contoh:
- Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
- Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Contoh:
- "Di mana Saudara tinggal?" tanya Karim.
Pengunaan lain
[sunting | sunting sumber]Negara-negara Eropah sering menggunakan tanda ini sebagai menunjukkan perpuluhan dalam sesuatu peratusan atau pemisahan antara subunit besar dan kecil dalam sesebuah matawang termasuk Perancis, Sepanyol dan Belanda - pengunaan di Belanda terutamanya telah mempengaruhi pengunaan tanda koma untuk tujuan sama di Indonesia menyatakan "persentase" atau pembahagian dalam rupiah Indonesia[4] (misalnya: ukuran "12 meter 50 sentimeter" ditulis di Indonesia sebagai 12,5 m) berbanding dengan negara-negara Nusantara lain seperti Malaysia dan Singapura yang menggunakan tanda titik hasil pengaruh pengunaan dalam Empayar British.
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ "Rules for Comma Usage". 2016-02-16.
- ^ Reading Before Punctuation Diarkibkan September 2, 2006, di Wayback Machine – Introduction to Latin Literature pamphlet, Haverford College
- ^ Manuscript Studies, Medieval and Early Modern – Palaeography: Punctuation glossary
- ^ a b Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan